Nia
4 min readJun 14, 2024

--

Aksi Damai Bela Palestina di Yogyakarta: Merespon #AllEyesOnRafah

Aksi Bela Palestina di Yogyakarta, 3 Juni 2024

Pada hari Senin, 3 Juni 2024 diselenggarakan aksi damai bela Palestina di titik 0 KM Yogyakarta. Aksi tersebut diprakarsai oleh Forum Masyarakat Muslim Yogyakarta. Aksi damai ini diikuti oleh ratusan peserta dari berbagai kalangan seperti mahasiswa, tokoh masyarakat, kelompok pekerja, dan dijaga oleh tim Kepolisian dari Satlantas Polresta Yogyakarta. Aksi tersebut diawali dengan long march yang diikuti oleh peserta laki-laki dari Masjid Gedhe Kauman menuju titik 0 KM sekitar pukul 15.30 waktu setempat. Saat long march, para peserta berjalan sambil mengibarkan bendera umat Islam yang berwarna putih dan hitam yaitu bendera Liwa dan Rayah. Sementara itu, jamaah nisa’ (peserta perempuan) sudah bersiap di depan Gedung Agung titik 0 KM.

Aksi ini diselenggarakan untuk merespon kondisi yang makin memanas di jalur Gaza, tepatnya pada tanggal 26 Mei 2024, terjadi tragedi memilukan di mana zionis melakukan penyerangan dan membakar camp pengungsian di Rafah. Tagar All Eyes on Rafah pun trending di platform X selama beberapa hari pasca serangan tersebut. Kekejian zionis ini membangkitkan kemarahan masyarakat internasional khususnya umat Islam. Sepanjang aksi, para orator menyampaikan keprihatinannya dan menyatakan dukungan untuk warga Palestina yang tengah dijajah oleh zionis Israel. Para peserta aksi juga menyerukan agar negeri-negeri muslim segera mengerahkan pasukan militernya untuk bersatu mengusir penjajah di Palestina. Tak lupa, para peserta aksi juga mendoakan saudara-saudara di Palestina yang diaminkan bersama dan disaksikan oleh para pengguna jalan yang melewati area tersebut. Aksi berjalan dengan lancar dan damai hingga selesai pada pukul 17.00 WIB.

Sebagaimana yang kita ketahui, Taufan al-Aqsa telah berlangsung sejak tanggal 7 Oktober 2023 dan menewaskan penduduk sipil Gaza dengan total korban yang meninggal mencapai 36.550 jiwa selama 8 bulan penyerangan, ditambah ada 10.000 korban yang hilang dan diasumsikan meninggal di bawah reruntuhan bangunan (TheIMEU, 8/6/2024). Bahkan sejatinya penjajahan oleh Israel di tanah Palestina sudah terjadi sejak tahun 1948 pada peristiwa Nakba atau sekitar 76 tahun lalu. Wilayah Palestina yang tadinya luas menjadi terus berkurang hingga menyisakan jalur Gaza dan Tepi Barat.

Berbagai upaya telah ditempuh oleh dunia internasional untuk menghentikan serangan Israel seperti kecaman keras dari negara-negara yang mendukung Palestina, konferensi di PBB, ataupun sidang tuntutan di ICJ (International Court of Justice). Akan tetapi, semua upaya itu tak membuahkan hasil. Israel tetap pada pendiriannya untuk terus menyerang Gaza dengan alibi menangkap Hamas ataupun membebaskan tawanan perang. Namun, yang sebenarnya terjadi justru mereka melakukan pengeboman pada fasilitas umum, membunuh warga sipil, dan bahkan menyerang area pengungsian yang seharusnya aman dari serangan. Tak cukup di situ, Israel juga memblokade wilayah perbatasan dengan Mesir yang menjadi pintu masuk bantuan pangan untuk warga Gaza. Alhasil, ribuan truk berisi bantuan kemanusiaan tak dapat melintas masuk dan warga Gaza harus mengalami kesulitan pangan hingga kelaparan. Beberapa anak dilaporkan meninggal akibat gizi buruk pasca serangan Israel ini. Penderitaan juga dirasakan oleh para tawanan perang yang ditahan oleh Israel. Mereka menerima siksaan, pelecehan, dijadikan objek percobaan medis, dan dibiarkan kelaparan. Sungguh tindakan yang tak manusiawi dan tak masuk akal. Penjajah Yahudi merasa jumawa untuk terus melancarkan serangannya karena mereka didukung penuh oleh Amerika Serikat yang berperan dalam pendanaan maupun penggunaan hak veto di PBB.

Masyarakat dunia menaruh simpati yang begitu dalam terhadap genosida yang terjadi di Gaza. Berbagai aksi unjuk rasa untuk membela Palestina telah diselenggarakan di berbagai negara di tahun 2023 lalu seperti di Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Irlandia, Norwegia, Finlandia, Swiss, Swedia, Belgia, Jerman, Belanda, Denmark, Austria, Bulgaria, Italia, Perancis, Spanyol, Portugal, Turki, Maroko, Libya, Mesir, Irak, Yunani, Australia, Selandia Baru, Indonesia, Malaysia, Korea Selatan, dan Jepang. Di tahun 2024 ini, para mahasiswa di berbagai wilayah juga menggelar aksi solidaritas bela Palestina seperti yang dilakukan oleh mahasiswa Harvard University, Columbia University, Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, dan lain-lain. Masyarakat sipil pun mulai berbondong-bondong melakukan boikot produk yang terafiliasi zionis, menggalang donasi bantuan kemanusiaan, ramai menyuarakan pemberitaan tentang Palestina di media sosial, hingga masjid-masjid menggelar doa bersama untuk Palestina.

Upaya ini tentu sangat baik karena menunjukkan keberpihakan dan kepeduliaan kita terhadap Palestina. Namun, langkah-langkah itu belum cukup untuk benar-benar mengusir penjajah sebab Israel adalah entitas yang kuat dengan persenjataan militer yang memadai dan didukung oleh negara adikuasa. Maka dari itu, diperlukan langkah-langkah strategis untuk menghentikan penjajahan Israel. Tentunya bukan dengan solusi dua negara ataupun perjanjian gencatan senjata yang sifatnya temporer. Warga Palestina harus mendapatkan kembali tanah mereka secara utuh dan Israel harus angkat kaki dari negara tersebut.

Langkah-langkah yang harus diambil oleh para penguasa Muslim yaitu pertama, batalkan seluruh perjanjian damai ataupun hubungan bilateral dengan zionis serta usir semua duta/konsulat mereka dari negeri kaum muslimin sebab haram hukumnya untuk menjalin hubungan dengan negara kafir yang secara riil memerangi umat Islam (muhariban fi’lan). Kedua, hentikan semua bentuk kerjasama intelijen dengan negara zionis dan tutup semua akses darat, laut, maupun udara agar mereka terisolasi dari dunia internasional. Ketiga, hentikan pasokan minyak bumi untuk zionis termasuk menghentikan jalur pengirimannya yang melintasi negeri muslim. Keempat, memboikot semua bentuk kerja sama ekonomi dengan zionis termasuk ekspor impor agar efektif menghancurkan perekonomian mereka. Kelima, memblokade jalur laut Mediterania Timur dan Teluk Aqaba untuk mencegah suplai persenjataan ke zionis.

Lalu yang keenam, membuka semua perbatasan negeri-negeri muslim menuju Palestina agar pasukan militer kaum muslimin dapat mengepung zionis dari segala penjuru. Ketujuh, bekerja sama dengan Pakistan untuk memobilisasi dan menyebarkan senjata nuklir taktisnya agar menghentikan genosida di Gaza. Kedelapan, kaum muslimin harus memisahkan perdagangan dari pasar internasional yang menggunakan dollar sebagai alat pembayaran agar melemahkan perekonomian Amerika Serikat. Kesembilan, segera mengadakan pertemuan para pemimpin dunia Islam untuk merumuskan strategi geopolitik dan memaksa Amerika Serikat untuk menghentikan dukungannya terhadap zionis. Dan yang terakhir, negeri-negeri muslim harus melepaskan diri dari berbagai aturan internasional yang sering dipakai oleh Barat sesuka hati sesuai kepentingan mereka.

Seluruh upaya ini hanya dapat terwujud jika kaum muslimin mau bersatu dan menghilangkan sekat nasionalisme yang membelenggu urusan mereka.

Wallahu a’lam bisshawaab.

--

--

Nia

A life-long learner. Associated with faith, knowledge, and wisdom.