Sekarang aku berada di fase ikutan happy ketika melihat orang lain mendapatkan kebahagiaan dan dia menunjukkan hal itu, entah ke media sosial atau menceritakannya ke aku. Cukup katakan “Allahumma baarik”, semoga Allah memberkahinya. Aku jadi lebih ngeh kalau rezeki yang dia terima itu juga rezeki dari Allah, Tuhanku juga. Dan kalau bicara konsep rezeki, itu sudah ditakar untuk setiap orang dan tak akan mungkin tertukar.
Rasa-rasanya ngga perlu iri juga karena apa yang kita lihat di social media hanyalah sebagian kecil dari apa yang sebenarnya dia hadapi. Kita ngga tahu bagaimana perjuangannya yang tidak ia tampilkan di balik layar. Makanya ngga fair kalau kita membandingkan proses hidup kita dengan apa yang tertampil di layar sosmed orang lain.
Dari Ibnu Umar ia berkata bahwa Rasulullah SAW Bersabda: “Tidak diperbolehkan hasad (iri hati) kecuali terhadap dua orang: Orang yang dikaruniai Allah (kemampuan membaca/menghafal Alquran) lalu ia membacanya malam dan siang hari, dan orang yang dikaruniai harta oleh Allah, lalu ia menginfakkannya pada malam dan siang hari.”
Jadi kalau kita punya mindset akhirat nih ngga bakal mudah iri sama perkara dunia. Lagipula kadang aku ngeri ketika melihat ada orang yang bergelimang kesuksesan tapi maksiatnya jalan terus, orang seperti itu bisa jadi kena istidraj. Lena terhadap dunia adalah hal yang sangat aku takuti.
Kita juga ngga perlu iri sama orang lain karena terkadang kita ngga tahu nikmat apa yang sudah Allah cabut dari dirinya sehingga ia deserves nikmat/rezeki/anugerah itu. Aku punya teman yang dia cantik, pintar, bisa kuliah ke luar negeri dengan full beasiswa, tapi ternyata sejak kecil ia telah ditinggal oleh ayahnya yang wafat. Bayangkan betapa struggle-nya hidup dia selama ini. Ada juga temanku yang cantik, bagus di akademik, menikah muda dengan laki-laki yang baik, namun Allah uji dengan ditundanya ia mempunyai momongan selama bertahun-tahun. Setiap orang punya ujiannya masing-masing, tidak ada kehidupan yang sempurna. Jadi kalau ada orang lain yang menampakkan kebahagiaannya, biarkan saja. Jangan rusak kebahagiaannya dengan komentar yang tidak baik. Jangan kotori hati kita dengan iri dengki terhadapnya.
Punyai ruang husnudzan atau berprasangka baik pada saudara sesama muslim. Jika ia tengah menampakkan keberhasilan atau anugerah yang didapatkannya, jangan buru-buru di-judge kalau dia pamer. Bisa jadi ia sedang menunjukkan rasa syukurnya kepada Allah dan ingin menginspirasi orang lain. Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
فَإِذَا آتَاكَ اللَّهُ مَالًا فَلْيُرَ أَثَرُ نِعْمَةِ اللَّهِ عَلَيْكَ وَكَرَامَتِهِ
“Jika Allah memberimu harta maka tampakkanlah wujud dari nikmat-Nya dan pemberian-Nya itu pada dirimu.” (Hadist shahih riwayat Abu Daud)
Kita tidak bisa menilai niat atau isi hati orang lain, yang bisa kita nilai adalah yang secara tampak/dzahir-nya saja. Jadi hindari asumsi negatif pada orang lain.
Agar kita semakin bersyukur pada hidup kita, sebaiknya kurangi membandingkan hidup kita dengan orang lain sebab jalan yang ditempuh dan ujian yang diterima berbeda-beda. Mulailah untuk menyadari tiap nikmat yang telah Allah berikan pada kita, tentu sangat banyak bukan? Jangan lupa juga untuk melihat ke orang lain yang kondisinya tidak seberuntung kita. Dengan begitu kita akan lebih bijak dan tidak mudah iri.
“Jika kamu bersyukur pasti akan Kutambah (nikmat-Ku) untukmu, dan bila kamu kufur, maka sesungguhnya siksa-Ku amat pedih” (QS. Ibrahim [14]: 7).
Semoga Allah hadirkan rasa syukur dan rasa cukup pada hati kita, serta selalu memandang baik pada urusan orang lain.
The most beautiful hearted people are those who are happy for others blessings while they are patiently waiting for theirs. They do not envy or resent what Allah has given to others, but rather they rejoice and praise Him for His generosity and mercy.
They know that Allah is the best of planners and He gives to whom He wills according to His wisdom and justice. They trust that He will not forget them or deprive them of any good, but rather He will reward them with something better in this life or the next.
They know that happiness is not dependent on material things or worldly success, but on the state of the heart and the relationship with the Creator. They are content with what they have and grateful for every blessing, big or small. They seek His pleasure and forgiveness.