Bersabar dalam circle kebaikan.
Salah satu nikmat dan anugerah terindah yang Allah berikan kepadaku ialah dibersamai dengan teman-teman yang baik dan insyaAllah shalihah. Teman-teman seperjuangan yang selalu tolong menolong dalam kebaikan dan saling menasihati dalam ketaatan. MasyaAllah.
Bersama mereka, aku merasakan indahnya pertemanan yang tulus. Teman yang tidak saling memanfaatkan, membicarakan di belakang, apalagi melakukan kemaksiatan. Ketika bersama mereka hatiku tenang, jiwaku semakin semangat beribadah, dan diriku malu untuk melakukan perbuatan nista. Memiliki teman-teman bervisi surga membuatku lebih ringan menghadapi dunia. Dalam sujud kami, dzikir bersama kami, halaqah-halaqah kami, semuanya saling mendoakan dan menguatkan untuk berada di jalan dakwah ini.
“Jika kamu mempunyai sahabat yang selalu membantumu dalam ketaatan, maka genggam erat tangannya. Karena mencari sahabat itu sulit, sedangkan melepaskannya sangatlah mudah.” (Imam Syafi’i)
Aku dapat merasakan perbedaan signifikan ketika berteman memang murni karena ikatan iman, dengan berteman karena ikatan kepentingan. Persahabatan yang diikat iman akan kuat dan erat, bahkan meski terpisah jarak dan waktu. Namun pertemanan yang karena kepentingan, ia tak akan berlangsung lama. Jika urusan telah selesai, manfaat telah didapat, seseorang akan dengan mudahnya saling pergi meninggalkan.
Namun, meski begitu, tantangan dan cobaan persahabatan yang diikat dengan ikatan aqidah ini tentu tidaklah mudah. Ada kalanya kami bersitegang karena perbedaan pendapat, menahan kesal karena kebiasaan teman yang teramat bebal, lelah karena merasa direpotkan terus terusan, terluka karena satu dua perkataan yang menusuk jiwa, atau tersinggung akibat sikap kawan yang acuh tak acuh dan bermuka masam. Nastaghfirullah.
Beraktivitas bersama teman seperjuangan memanglah akan menguji kesabaran. Kita tentu harus ingat bahwa yang dihadapi juga sama-sama manusia yang bisa salah dan alpa. Sebagaimana orang lain punya salah, diri kita pun demikian adanya.
Maka di sini seninya sabar dan memaafkan. Tetap tenang dan tidak mengedepankan ego. Mengendalikan emosi agar marah bisa terkendali. Memberikan udzur dan tetap berkhusnudzan kepada kawan sendiri. Menutupi aib dan kesalahannya serta berusaha memperbaiki diri.
Dalam refleksi surah Al Kahfi ayat 28, aku menemukan hikmah yang teramat indah. “dan bersabarlah engkau bersama orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya.”
Teman-teman kita yang insyaAllah shalih itu pun punya background masing-masing yang berbeda. Latar belakang keluarga, pendidikan, suku, budaya, bahkan luka di masa lalunya. Maka ketika bertemu dan bersatu, wajarlah akan terjadi gesekan. Tak jarang menimbulkan gundah dan resah, rasa tak enak yang begitu dalam.
Kesalahanku dulu ialah menganggap bahwa circle sholih itu sempurna, seharusnya sudah bisa selalu berakhlak mulia. Ekspektasi yang begitu tinggi ini membuatku sulit mentoleransi kesalahan-kesalahan kawan baik itu besar ataupun kecil. Padahal setiap orang, pun diriku sendiri, masih sama sama berproses menjadi insan yang lebih baik.
Tentu akan menjadi salah ketika akhirnya kita berseteru kepada saudara sendiri. Berkata dengan perkataan yang tidak baik bahkan cenderung kasar kepada sahabat kita. Bukankah seharusnya kita bersikap lemah lembut kepada sesama mukmin dan bersikap keras kepada orang kafir yang memusuhi Islam? Maka jangan sampai terbalik wahai diri…
Biar bagaimanapun, meski ada celah dan kekurangan di dalam tubuh jamaah, circle inilah yang memperjuangkan tegaknya agama Allah. Circle inilah yang selalu berupaya untuk menggapai ridha Allah. Pahami bahwa sejatinya semua kawan-kawan kita itu baik dan menginginkan kebaikan. Hanya saja terkadang cara dan pola pikirnya berbeda, maka ini yang kita coba mengerti dan tidak perlu saling menghakimi.
Tatkala menemukan kesalahan, cepat-cepatlah memaafkan. Ketika ada pendapat dan pandangan yang tidak sejalan, cepat-cepatlah dikomunikasikan. Semua pasti ada solusinya, asalkan kita mau berniat baik dan berusaha memperbaikinya.
Ada beberapa tips yang coba aku tanamkan di benak agar aku bisa lebih legowo saat sedang bersama teman seperjuangan,
- Mencoba mengingat semua kebaikannya di saat dia/mereka tidak sengaja menggoreskan luka di hatiku. Dengan begitu, satu dua sikapnya yang tak mengenakkan hati akan tertutupi oleh semua hal baik yang pernah ia lakukan dan hati kita menjadi jauh lebih tenang.
- Meyakini bahwa teman-teman kita itu sejatinya baik dan punya niatan baik. Jika cara mereka kurang tepat, ingat lagi bahwa maksud mereka itu baik kepada kita. Mereka ingin memberikan perhatian, bantuan, atau sekadar basa basi yang tidak perlu terlalu diambil pusing. Niat baik mereka sudah cukup membuatku lega meski terkadang caranya kurang pas.
- Ingat bahwa momen kebersamaan bersama teman-teman ini hanya sementara sahaja. Entah satu tahun lagi, dua tahun lagi, atau malah bulan depan mereka akan pergi meninggalkan. Manusia selalu berkutat dengan urusan dan kesibukannya masing-masing. Jadi, selagi bersama, mari hargai momen yang ada. Agar memori yang tercipta adalah hal-hal baik dan indah untuk dikenang.
- Dan yang paling penting, teman-teman kita itulah yang kelak di akhirat bisa jadi yang akan memberikan syafaat untuk kita di saat tidak ada satu pun orang yang mampu menolong. Tentu aku membutuhkan hal tersebut, mengingat amal ibadahku tidak seberapa dan tak ada yang menjamin aku akan langsung masuk surga. Maka berbuat baiklah kepada kawan sendiri, jangan sampai setan lebih cerdas mempengaruhi dan berhasil mengotori hati.
Semoga Allah menjaga kita dari pengaruh syaitan yang ingin memecah belah ukhuwah. Semoga Allah melapangkan hati kita untuk senantiasa bersabar di jalan cinta para pejuang.
Kita ga bisa menghindari kecewa sama manusia, mau seshalih apapun orangnya. Bukan karena dia jahat, tapi karena dia "manusia". Makhluk memang akan sangat mungkin mengecewakan, sementara Allah tidak.