Nia
3 min readFeb 24, 2023

Islam memandang kesehatan mental.

Pict from Pinterest

Islam hadir di tengah-tengah peradaban manusia sebagai solusi atas berbagai persoalan yang dihadapi, untuk itulah kita bisa menjadikannya way of life. Termasuk persoalan mental illness, Allah SWT sebagai Al Khaliq (sang pencipta) manusia, yang paling mengerti kondisi manusia, tentunya memberikan perhatian yang sangat besar akan persoalan ini. Hal itu tercantum dalam syariat-Nya yang sempurna di dalam Al Qur’an dan As Sunnah. Kita bisa temui ayat-ayat tentang bagaimana Allah sangat mengerti kondisi kejiwaan hambaNya yang lemah, bisa sedih, dan terbatas, sehingga memerlukan coping yang baik. Kisah-kisah seperti kisah bunda Maryam, Nabi Ya’qub, kisah Rosulullah SAW, menjadi segelintir contoh yang dapat kita pelajari lebih dalam lagi.

Para ulama terdahulu juga menaruh perhatian besar dalam aspek pengobatan gangguan mental ini. Misalnya, ada seorang ulama di abad ke-9 yang bernama Abu Zaid Al Balkhi, dalam buku berjudul Sustenance of the Soul, dikatakan bahwa beliaulah yang menjadi peletak dasar teori untuk psychosomatic medicine atau terapi psikosomatik dengan berlandaskan Al Qur'an dan As Sunnah. Berbagai terapi kejiwaan yang kini ada seperti terapi kognitif, konseling, hormonal, fisik, dsb sudah dibahas juga oleh Al Balkhi. Masyaa Allah.

Lalu apakah betul gangguan mental selalu berkorelasi dengan lemahnya iman seseorang?

Sejatinya, urusan kejiwaan ini menjadi hal yang kompleks dan berkaitan dengan banyak aspek dalam kehidupan. Tidak bisa semudah kita katakan atau judge seseorang "lemah imannya" tatkala mentalnya mengalami gangguan.

Begitupun langkah untuk menanganinya juga tak semudah bicara "segera taubat", namun memerlukan assessment, pendekatan, tahapan, dan pelaku yang tepat untuk bisa membantu seseorang sembuh dari depresinya.

Namun, jika dikatakan gangguan mental tidak ada hubungannya sama sekali dengan iman, itu salah. Sebab keimanan yang kokoh akan mampu mencegahnya dari depresi. Tentu keimanan ini bukan sekadar di lisan, melainkan tentang seberapa dekat dan kenal diri kita terhadap Allah SWT sekaligus memaknai seluruh asmaul husna dan sifat-Nya. Bagaimana bisa terus terkoneksi dengan Allah dalam setiap aktivitas kita (idrak shilah billah).

Saat seseorang kuat imannya, ia bisa mem-filter apapun yang akan ia lakukan sehingga tidak menyalahi syariat. Sebab kemaksiatan yang dilakukan seseorang bisa mengantarkan dia pada penghidupan yang sempit atau depressed life (lihat QS Thaha : 124). Dengan tidak bermaksiat, batinnya akan tetap tenang dan bahagia.

Iman yang kokoh ibarat vaksin dan bekal bagi seseorang, sehingga ketika dia mendapat masalah atau ujian, ia akan tahu kemana mencari solusi, ia akan bersandar kepada Allah dan tidak lari ke solusi praktis lain semisal bunuh diri ataupun melakukan self harm.

Pemahaman yang benar tentu akan mengantarkan pada tindakan yang benar. Ia juga akan menyadari hikmah dari apa yang terjadi, bertaubat jika telah melakukan kesalahan, dan bersabar atas segala ujian yang Allah berikan. Dengan konsep keimanan yang baik, jiwanya akan tetap kuat sebab ia yakin bahwa apa-apa yang Allah takdirkan pastilah yang terbaik bagi hamba-Nya.

Islam adalah agama yang lengkap dan sempurna (syamil wa kamil), mengatur segala sesuatu dari segi preventif hingga kuratifnya. Termasuk dalam urusan kesehatan mental, Islam menetapkan berbagai konsep untuk menjaga jiwa manusia. Hal ini sejalan dengan maqashid syariah atau tujuan diterapkannya syariat Islam, salah satunya menjaga akal dan jiwa manusia.

Proses penjagaannya dimulai dari saat ibu masih mengandung, melahirkan, pendidikan anak di lingkungan keluarga, masyarakat, hingga negara. Kesemuanya, dengan konsep Islam yang apabila diterapkan dengan benar, akan mampu membentuk suasana yang kondusif agar mencegah dan mengatasi problem mental illness.

Pada kadar dan kondisi tertentu, seseorang yang mengalami gangguan kesehatan mental memerlukan bantuan dari orang lain agar dapat mengenali masalahnya dan dibantu untuk terapi pemulihannya. Oleh karenanya tidak bisa sembarangan self diagnosed, apalagi membiarkan dirinya berlarut-larut dalam luka batin dan masalah yang tak kunjung menemui solusi. Allah menyarankan kita untuk berobat, datang ke tenaga profesional kesehatan, dan terlebih yang juga merujuk pada Al Qur'an dan As Sunnah dalam terapinya.

Wallahu a'lam bisshawab

Nia
Nia

Written by Nia

A life-long learner. Associated with faith, knowledge, and wisdom.

No responses yet