Nia
5 min readJul 9, 2024

Precious wisdom after committing sins.

Kalau dipikir-pikir, kita memang ngga akan bisa ngerti hikmah dari suatu kejadian kalau memang belum waktunya kita tertunjuki hikmah itu. Kadang kita jadi sulit menerima keadaannya karena belum tahu ada kebaikan nyata di baliknya. Pada akhirnya kita diminta menerima dulu, baru pelan-pelan melanjutkan hidup dan nantinya menemukan hikmah berharga yang bikin kita sadar, “oh… jadi ini maksud Allah ngasih ujian kemarin?”

Dan bagaimana kamu dapat bersabar atas sesuatu yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?” (QS Al Kahfi ayat 68)

Bahkan seburuk-buruknya perbuatan dosa pun, sejatinya Allah juga ingin memberikan kita pelajaran agar sadar akan sesuatu. Di sini aku tidak sedang menjustifikasi atau membenarkan perbuatan dosa, tetapi dari pengalamanku sendiri, Allah dengan Maha Baiknya memberiku hikmah berharga setelah aku tentunya pernah melakukan dosa.

Mungkin ini hikmah yang belum utuh aku pahami, jadi ini masih on going. Bisa jadi di kemudian hari aku akan menemukan lagi “oh moment” itu. Let’s see ya.

  1. Dosa membuatku menyadari cahaya Allah yang mengeluarkan aku dari kegelapan dan menolongku dari jurang kenistaan

Jika hatimu tidak retak, bagaimana cahaya Allah dapat masuk ke ruang hatimu yang rapat? Jika kau tak dibuat hancur, bagaimana bisa kau merasakan uluran kasih sayang Allah yang menyelamatkanmu? Jika kau tak pernah berdosa, bagaimana kau tahu bahwa rahmat Allah begitu luas dalam memberi ampunan?

Setelah senang bermaksiat, pasti setelahnya Allah akan menegur hamba-Nya dengan kesedihan yang teramat sangat dan luka yang begitu hebat untuk menyadarkan bahwa jalan yang dipilihnya itu tidak tepat. Bahwa memang sejatinya taat pasti bahagia, maksiat pasti sengsara. Aku pun pernah merasakan luka yang begitu dahsyat dan seakan tidak mampu lagi melanjutkan hidup, tetapi Allah menyelamatkanku dengan cara-Nya. Allah hentikan aku dalam berbuat dosa melalui skenario-Nya yang tak terduga. Setelahnya, Allah seperti menarikku, mendekapku, menyucikanku, dan memberiku harapan baru. Setelahnya, Allah pertemukan aku dengan banyak hal baik dan orang-orang baik.

From Tuesday Letter by Aida Azlin

Demi Dzat yang diriku berada ditanganNya, jika kalian tidak berbuat dosa Allah akan hilangkan kalian dan Allah akan datangkan kaum lain yang berdosa, lalu mereka pun minta ampun kepada Allah, Allah pun ampuni dosa mereka.” (HR. Imam Muslim 2.749)

MasyaAllah, ternyata ampunan-Nya begitu luas. Bahkan Allah mencintai orang-orang yang bertaubat.

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertobat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS Al Baqarah : 222)

Ibn al-Qayyim رحمه الله:

The servitude in repentance is the most noble and beloved form of servitude in the Eyes of Allāh. He loves those who repent and it is because of His love for His creation that He tests them with sins so that He may shower His Blessings and Favours upon them after they repent." [Sincere Repentance | Pg. 13]

2. Menyadari rasa sakit akibat perbuatan dosa dan lebih berempati pada luka yang dirasakan orang lain

Dulu, sebelum aku merasakan luka yang begitu dalam ini, aku seringkali mengabaikan perasaan orang lain dan bersikap sesuai kehendakku saja. Kini, aku jadi lebih mengerti bahwa dilukai itu tidak enak, bahkan parahnya bisa meninggalkan trauma. Maka, mindful dengan sikap dan perkataan kita itu harus. Mengedepankan empati pada sesama tidak boleh terlupa. Dan dari sini juga jadi lebih berhati-hati agar tidak lagi melakukan dosa yang dampaknya bisa menyakiti diri sendiri dan orang lain.

3. Tidak merasa lebih suci dari orang lain

Salah satu yang menjadi ujian orang-orang yang telah berhijrah atau berdakwah adalah mudah menghakimi orang lain yang berbuat maksiat. Bahkan diri sendiri merasa lebih hebat dan lebih baik dari orang lain. Seolah golongan kitalah yang berhak akan surga. Padahal, na’udzubillah, kesombongan sekecil biji sawi saja bisa mengantarkan kita pada murka Allah dan dijauhkan dari pintu surga.

Life humbles me. Kita juga tidak pernah tahu bagaimana akhir hidup seseorang. Bisa jadi yang kita lihat hari ini bermaksiat, di akhirat nanti ia menempati surga tertinggi. Aku yang sudah berhijrah ini juga tidak pernah mendapat jaminan apakah keistiqomahan yang aku usahakan akan selalu melekat dalam jiwa. Maka, jangan pernah merasa lebih baik dari orang lain/kelompok lain. Cukup Allah yang menilai kualitas ketakwaan kita.

4. Dengan rasa sakit yang Allah titipkan, kita menjadi lebih bijaksana dalam menyikapi permasalahan yang serupa

Aku yakin tidak ada yang kebetulan di dunia ini, semuanya sudah by design oleh Allah. Beberapa bulan lalu aku bertemu dengan adik binaanku yang mulai mengkaji Islam. Dia pun menceritakan permasalahannya yang ternyata mirip dengan kejadian yang pernah menimpaku. Di situ aku jadi sadar bahwa Allah ingin menggunakan aku untuk bisa membantunya keluar dari persoalan itu. Aku tahu betul rasa sakitnya, tetapi aku juga paham bahwa itu disebabkan oleh perbuatanku sendiri.

5. Menyadari bahwa kesengsaraan akibat perbuatan dosa, membuat kita lebih berhati-hati menjalani hidup

Saat ini aku memandang kemaksiatan sebagai sesuatu yang amat menakutkan, selain karena persoalan dosa dan siksa di akhirat, yang lebih mengerikan yaitu karena berbuat dosa sama saja menggali kesengsaraan untuk diri sendiri. Tidak ada perbuatan dosa yang bermuara pada bahagia yang sejati.

Dosa yang terus menerus dilakukan akan menutup keterhubungan kita dengan Allah, membuat jiwa malas beribadah, dan lama-lama akan mematikan hati. Efek jangka panjangnya, hati yang berpenyakit itu jika tidak ditaubati maka akan mengantarkan pada luka yang sulit untuk sembuh. Hati akan larut pada perasaan terluka, karena hati yang berpenyakit akan sulit menerima hikmah dan sulit menangkap sinyal pertolongan Allah yang Ia titipkan melalui takdir dan ujian kehidupan.

Alhamdulillah, ternyata setiap kejadian bahkan kesalahan pun ada hikmahnya. Fiihi khair. Orang yang cerdas ialah yang dapat belajar dari kesalahannya dan tidak mengulanginya. Kita perlu menyadari bahaya dari perbuatan dosa yang pastinya merugikan diri sendiri bahkan juga orang lain, maka pastikan kita selalu taat syariat bagaimanapun keadaannya.

Seringkali kita merasa aturan-Nya itu mengekang kita, padahal sejatinya Allah tengah melindungi dan mencegah kita dari rasa sakit yang lebih dalam melalui syariat-Nya.

Semoga Allah beri kita petunjuk untuk memutuskan sesuatu agar tidak lagi memilih jalan yang salah dalam menjemput bahagia. Semoga kita dicukupkan untuk meyakini dan menaati syariat-Nya agar tidak perlu merasakan kepahitan akibat perbuatan kita sendiri yang melanggar aturan-Nya.

And no matter how far you have strayed from Allah, He will always welcome you back with more love than anyone else ever could if you put Him above all else.

Nia

A life-long learner. Associated with faith, knowledge, and wisdom.