Refleksi Praktik Klinis di RS #1
Hari itu aku sedang jaga siang di bangsal. Sorenya, senior perawat kami mendapat panggilan telfon dari keluarganya dan ternyata beliau mendapat kabar bahwa ibunya meninggal. Beliau langsung masuk ke nurse room dengan raut muka sedih dan menenangkan diri di ruangan tersebut. Kami yang ikut mengetahui hal ini seketika terdiam dan juga sedih.
Saat bekerja di rumah sakit, para perawat telah mendedikasikan diri dengan semaksimal mungkin untuk banyak orang. Namun, belum tentu mereka bisa selalu dekat dan bertemu dengan keluarganya setiap hari. Bahkan ada juga yang merantau ke luar kota. Lalu di saat detik-detik terakhir orang terkasih, kita belum tentu bisa menemani di sampingnya. Informasi kematian bisa datang kapan saja. Maka selagi sempat, mari kita menghargai momen bersama keluarga. Jangan lupa untuk mengecek kabar mereka dan selalu mendoakan keluarga kita.
Pagi itu di bangsal ada banyak pasien yang akan dan sudah operasi Re-ORIF. Kebanyakan kasus fraktur karena kecelakaan. Tidak hanya fraktur, pasien juga mengalami luka robekan yang besar dan harus dijahit. Terbayang betapa sakitnya luka tersebut. Para pasien itu bercerita bahwa mereka kecelakaan karena tertabrak pengendara lain.
Dari sini, aku jadi teringat untuk mensyukuri nikmat sehat dan selamat. Jika kita terhindar dari bahaya dan selamat saat di perjalanan, maka sesungguhnya itu atas kuasa Allah. Meski kita sudah berhati-hati, jika ada bahaya yang menimpa maka manusia tak mampu menghindari. Jadi jangan lupa untuk berdoa sebelum berangkat dan bersyukur saat telah sampai tujuan. Aku pun merasakan sendiri rasanya pulang pergi ke RS naik motor dan melewati jalan raya yang ramai. Kadang harus bersisihan dengan truk, bus, minibus, dan motor lain yang suka ngebut. Rasanya hidupku jadi lebih dekat dengan kematian saat di jalan. Hasbunallah wani’mal wakiil.
Pagi itu di hari Jumat, ada pasien lansia dengan diagnosis medis ulcerative chronic enterocolitis. Pasien mengalami diare terus menerus dan perut terasa kembung. Simbah itu sudah lebih dari seminggu menginap di RS karena dokter sempat kesulitan menegakkan diagnosis medisnya sehingga pasien harus melakukan banyak sekali pemeriksaan.
Karena simbah itu sudah lama tinggal di RS dan terlihat kotor, kami para a-ners melakukan intervensi bathing untuk pasien. Memandikan pasien di tempat tidur. Entah kenapa memoriku langsung teringat kepada almarhumah nenekku. Dulu ibuku lah yang merawat eyangku di masa tuanya hingga meninggal dunia. Aku jadi tersadar bahwa salah satu bentuk bakti kepada orang tua jika telah renta dan tak berdaya adalah dengan merawatnya sebaik mungkin. Jangan sampai kita menyesal di kemudian hari karena tak maksimal dalam memperhatikan ayah dan ibu kita.
Banyak tindakan yang aku lakukan ke pasien setiap shift jaga di stase ini. Mulai dari pengecekan vital signs, injeksi obat, memasang/melepas infus, bed making, memasang selang oksigen, merawat luka, memasang bandage, monitor cairan pasien, membantu defekasi, melepas kateter, dll. Namun, dari itu semua, ternyata ada hal yang sangat berkesan untukku yaitu ketika pasien merasa lebih baik saat sudah bertemu perawat. Dengan tersenyum mereka mengucapkan terima kasih kepada kami dan aku pun sangat bahagia melihatnya. Ternyata itu berawal dari hal sederhana seperti komunikasi antara pasien dengan perawat yang berjalan baik. Pasien merasa didengarkan, bisa menyampaikan masalahnya, kadang juga disisipi curhatan mereka, dan merasa senang setelah diberi tindakan.
Kami dituntut untuk profesional dan menunjukkan sikap caring kepada siapapun pasiennya tanpa memperhatikan perbedaan suku, budaya, bahasa, dan agama pasien. Aku pun jadi lebih belajar tentang makna hidup, yaitu untuk berempati dan saling menghargai antar sesama manusia.
Hal kecil yang kita upayakan semisal visit pasien, membantu memenuhi kebutuhan kesehatan pasien itu sangat berarti untuk mereka dan bisa mempercepat proses penyembuhan.
Pahala dari menjenguk orang sakit sangatlah besar, terlebih kami para perawat yang setiap hari mengunjungi pasien lebih dari satu kali dan stand by untuk mereka. MasyaAllah, betapa pekerjaanku ini nantinya akan menjadi ibadah, menjadi ladang pahala untukku. Semoga Allah mudahkan dan semoga Allah ridha.
~Ditulis saat jaga malam di Rumah Sakit Akademik UGM, 31 Agustus 2024